Sabtu, 02 Februari 2013

Lestarikan Budaya Bangsa

Tari dari Daerah Sulawesi Utara

Gerakan  pencak silat merupakan salah satu gerakan dasar dari salah satu tari daerah Sulawesi Utara, yaitu tari Masale. Gerakan tarian ini terkesan kuat, ringan, dan cepat seperti pada gerakan lompatan kaki dan putaran tubuh. Selain tari Masale, terdapat pula tari Kabasaran.
tari-kabasaran
Tari Kabasaran merupakan tari berkelompok yang dahulu ditampilkan pada saaat upacara adat. Pada masa sekarang, jika Minahasa dalam keadaan perang, para penari Kabasaran pun dapat menjadi prajurit perang (waranei). Tarian ini merupakan tarian keprajuritan tradisional yang diangkat dari akta wasal yang berarti “ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung”.
Para penari Kabasaran memakai pakaian merah dan diiringi oleh tambur
atau gong kecil. Lantunan musiknya keras dan membakar semangat. Tata
rias wajah para penarinya dibuat garang dan didukung dengan gerakan mata melotot pada tariannya. Gerakan dasar tari ini adalah sembilan jurus tombak (wengkouw) dengan langkah kuda-kuda 4/4 yang terdiri atas dua langkah ke kiri dan dua langkah ke kanan.

Tari dari Daerah Sulawesi Tengah

Tari Baliore adalah salah satu tari dari daerah Sulawesi Tengah. Tarian ini menggambarkan kelincahan gadis-gadis Sulawesi Tengah yang bergembira saat pesta panen tiba. Mereka menari-nari dengan lincahnya. Hentakan ritmis tetabuhan, terutama gendang semakin menambah dinamisnya tarian ini. Tari ini merupakan tari kreasi yang diangkat dari Dingkula. Selain gerakannya, tarian ini mempunyai keunikan pada pakaian dan aksesorisnya.
Pakaian tari Baliore terdiri atas blus lengan pendek berwarna hijau modifikasi baju poko’ yang dihiasi dengan benang kuning. Pada bagian bawah menggunakan celana yang panjangnya 3/4 (bahasa Kaili:  Puruka  Pajana), berwarna hitam dihiasi benang emas. Sebagai pelapis pinggul digunakan rok pendek (bahasa Kaili:  Ro’mbuku) berwarna merah dan kuning serta memakai ban pinggang (bahasa Kaili: Pende) berwarna hitam yang bersulamkan benang emas. Adapun aksesorisnya terdiri atas anting-anting panjang atau  dali taroe tusuk konde atau  potosu unte, gelang atau  ponto, gelang kaki atau vinti .

Tari dari Daerah Sulawesi Selatan

Salah satu tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan adalah tari Pakarena. Tarian ini merupakan sebuah tarian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Selain itu, tarian ini juga bercerita tentang kehidupan.
Tari Pakarena terdiri atas beberapa jenis, antara lain Royong dan Bone Balla.
Tari Pakarena Royong ditampilkan saat upacara adat, sementara tari Pakarena Bone Balla ditampilkan kapan saja, misalnya saat menyambut kedatangan tamu.

Tari Pakarena ditarikan oleh 7 orang penari wanita dengan menggunakan pakaian adat. Dalam Pakarena Royong, setiap penari harus memanjatkan doa sebelum menari. Sambil berdoa mereka menyediakan sesajian berupa beras, kemeyan, dan lilin. Adapun pada Pakarena Bone Balla, aturan ini tidak digunakan.
Dalam tari Pakarena, gerakan lembut penari terbagi dalam 12 bagian. Setiap bagian memiliki makna. Gerakan pada posisi duduk menjadi penanda awal dan akhir tarian, gerakan berputar mengekspresikan siklus kehidupan manusia, dan
gerakan naik turun adalah cermin irama hidup.
Tari Pakarena juga merupakan cermin kelembutan, sikap sopan, dan kesetiaan wanita Makassar. Oleh karena itu, seorang penari Pakarena tidak boleh membuka mata terlalu lebar. Kaki dan tangan juga tidak boleh diangkat terlalu tinggi.
Iringan musik yang digunakan untuk tari Pakarena disebut gandrang pakarena. Kendati tari Pakarena adalah gerakan gemulai, iringan musiknya mengentak dan bergemuruh. Jika tari Pakarena mencerminkan kelembutan, gandrang pakarena menggambarkan keperkasaan pria Makassar. Alat musik terdiri dari gendang yang ditabuh bertalu-talu, ditingkahi suara seruling, bambu belah, dan gong. Komposisi musik ini disebut gondrong rinci yang dimainkan oleh tujuh pria yang mengenakan pakaian adat.
Tari Pakarena berisi tentang tata cara hidup. Tata cara itu meliputi cara bercocok tanam, beternak, hingga berburu. Ajaran itu lalu diekspresikan lewat gerakan-gerakan tangan, badan, dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual Pakarena saat penduduk lino memanjatkan
syukur.

Tari dari Daerah Sulawesi Barat

tari-pattuduOleh karena daerah Sulawesi Barat sebagian besar ditempati oleh suku Mandar
maka tarian yang berkembang pun sebagian besar merupakan tarian yang berasal dari suku Mandar. Salah satu tarian yang terkenal adalah tari Patuddu. Tari Patuddu adalah tarian yang berfungsi sebagai tari penyambutan tamu. Dahulu tari ini ditampilkan untuk menyambut balatentara Kerajaan Balanipa yang baru pulang dari berperang. Namun, kini biasanya dimainkan oleh anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang memeragakan tombak dan perisai. Latar belakang tari Patuddu tercipta ketika sering terjadi perang antara Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Passokorang di masa lalu. Setiap kali pasukan perang pulang, diadakanlah tari Patuddu sebagai penyambutan yang bermakna “Telah datang para pejuang dan pahlawan negeri”.